Langsung ke konten utama

Ketika hati berbicara

Suatu malam ada masanya kita ribut, mempermasalahkan hal konyol. Lalu kita sama-sama egois dan tak ada yang mau mengalah. Lantas kita harus seperti apa? Putus? Iya, lagi-lagi kata itu yang terucap. Namun, tak lama kemudian kita kembali lagi. Aku bertahan karena cinta, namun kenapa selalu ada kata putus disetiap bulannya? Ini sudah sangat sering, dan aku bosan! Untuk apa kita bertahan kalau selalu ada pertikaian yang terus menerus dengan masalah yang sama? Kadang aku berfikir untuk benar-benar melupakan dan pergi. Namun, entah mengapa aku seperti orang bodoh yang tetap bertahan hanya karena cinta. Bagaimana aku harus memperjuangkannya sedangkan aku lelah menghadapinya Tuhan... kadang dia baik, terkadang juga ia begitu membuatku lelah dan benci. Hubungan ini sungguh tak harmonis lagi semenjak kata putus terus berulang kali ku dengar. Aku tak tahu harus bagaimana untuk menjelaskannya. Aku cinta dia, tapi ini sungguh membuatku tak nyaman. Kenapa cinta harus menyakitkan? Jika kita saling cinta kenapa harus ada perpisahan? Terkadang semua ini membuatku semakin dewasa dalam menyikapi suatu hubungan. Ada masanya kita saling bahagia, merasakan indahnya mencintai dan dicintai. Dan ada juga masanya disaat kita saling menjatuhkan dan seperti tak mengenal cinta. Kali ini aku benar-benar gila akan cinta. Merasakan kenikmatan jatuh cinta yang begitu dalam. Aku bermimpi terlalu jauh hingga jatuh sampai sedalam ini. Aku menginginkannya untuk terus bersama dan tetap saling mencintai. Namun, lagi-lagi itu hanyalah khayalan yang tak berwujud. Awalnya saja aku mendengar kata-kata yang istimewa, yang membuatku bahagia, tersipu malu, dan membuatku mengkhayal jauh. Sedihnya aku sebagai wanita ialah, setelah diterbangkan jauh lalu dijatuhkan sejatuh-jatuhnya. Dan rasanya sangat menyedihkan. Lantas adakah yang perduli? Ia berkata sayang, cinta. Namun itu semua tak nyata. Buktinya ia tak mempertahankan hubungan ini kan? Haruskah aku bertahan? Sampai kapan aku bertahan? Sampai saat ini aku tak mampu menghapus semuanya begitu saja. Aku tak mampu membuang rasa cinta yang sudah lama ku serahkan kepadanya namun dikembalikan dalam keadaan terluka. Adilkah itu?

Bagaimana dengan rasa sayang ini yang telah lama kau buat nyaman? Bagaimana dengan hati ini yang selalu mendambakanmu? Lalu, aku harus menghancurkan rasa yang telah lama tertanam? Tahukah kamu, rasanya itu sakit. Jangan biarkan aku menghancurkan rasa ini. Namun, jika kamu benar-benar menginginkan hal itu maka mau tak mau aku harus siap. Aku akan mengikhlaskan apa yang bukan milikku lagi. Ketika aku mencintaimu, aku berada diposisi yang sangat bahagia. Seakan-akan akulah orang yang bisa merasakan cinta. Namun keadaannya sekarang terbalik. Haruskah aku merasakan sakit ketika melihatmu berasama orang lain? Rasa cemburu itu pasti ada. Kamu tahu, sedikitpun kamu tak pernah perduli akan hal itu. Berulang kali ku coba untuk melepaskan rasa ini, namun rasa itu kembali dengan sendirinya. Padahal kau takpernah ingin tahu apa rasanya jadi aku. Jadi selama ini apa? Semua ini untuk apa?

Tuhan, apakah perbedaan itu pengahalang untuk bisa memiliki dan mencintai? Beda halnya dengan apa yang aku rasakan. Masalah yang ku hadapai kali ini berdeda, bukan karena status social, agama, atau apalah. Cintaku terhalang oleh perbedaan budaya. Kembali lagi kupertanyakan, apakah ini adil? Logikanya adalah jika benar-benar ada rasa cinta dan sayang, tentu itu bukanlah masalah. Ini bukan masalah perbedaan agama kan? Bukan juga masalah umur atau apalah… dimana hati nuraninya ketika ia mengatakan dengan sejujur-jujurnya. Kata-kata itu terlalu kejam dan tak mampu kuterima. Karena masih terlalu muda untukku dengar hal semacam itu. Jujur, aku sungguh tak sanggup menerima kenyataan bahwa aku bukanlah wanita yang beruntung untuk merasakan cinta yang sesungguhnya. Aku sempat berfikir bahwa akulah wanita yang beruntung mendapatkan cinta darinya, dan bisa merasakan indahnya jatuh cinta bersamanya. Memang indah bisa merasakan semua itu. Namun perjalanan untuk bisa merasakannya sungguh tak singkat. Ada beberapa musim, waktu, dan tempat. Sudah sejauh ini tapi semuanya sirna. Tak ingat lagi kapan terakhir kalinya merasakan bahagia jatuh cinta. Tak ingat lagi kapan terakhir kalinya tersipu malu ketika seseorang mengatakan rasa sayangnya. Ada saatnya aku menceritakan kisahku agar kau tahu bagaimana sakitnya jadi aku. Mungkin mereka berfikir bahwa perjalanan cintaku sangat bahagia. Jujur, memanglah bahagia. Aku sangat bahagia. Yang membuatku tak bahagia adalah, ketika rasa nyamanku harus tertanam dengan masalah perbedaan yang mau tak mau harus ku akhiri. Cinta yang begitu menggebupun tak bisa menghalanginya, dengan cinta sebesar apapun tak akan bisa meluluhkan masalah perbedaan ini. Aku tak tahu apakah masalah ini real memang apa adanya, atau memang sengaja agar bisa melepaskan hubungan ini. Bisa saja ia bosan lalu tak tahu harus bagaimana cara mengakhiri nya, karena pada saat ini hubungan kami baik-baik saja. Ketika kutanyakan rasa sayang itu, ia menjawab seakan-akan ia benar-benar mencintaiku. Aku tak tahu apakah yang keluar dari mulutnya adalah langsung dari hati ataukah hanya agar terlihat bahwa ia tulus. Sungguh aku tak mampu lagi membedakan bagaimana orang yang benar-benar tulus dan orang yang sama sekali tidak tulus. Sulit bagiku membedakan keduanya. Bagiku tulus itu ketika ia mampu mempertahankan dan menunjukan rasa sayangnya dengan ikhlas. Begini saja, ketika Tuhan menjodohkanmu bersama orang yang sebelumnya pernah tak kau inginkan maka bersiap-siaplah untuk menjilat ludahmu sendiri. Karena tak selamanya apa yang kau inginkan akan dapat kau terima. Karena pada dasarkan memiliki apa yang ada saat ini bersama orang yang mencintai dan kita cintai itu jauh lebih indah. Karena itu lebih real… sebaiknya kita sama-sama berfikir bagaimana rasanya dicampakkan, hati ini ditelantarkan begitu saja tanpa sebab yang jelas.

Setiap kali kita jatuh cinta yang ada dikepala hanyalah cinta itu akan selalu indah dan bahagia. Nyatanya saat ini kita harus berfikir bahwa cinta itu sulit diartikan. Bagaimana akhirnya dan apa akibatnya kita jatuh cinta. Berani jatuh cinta maka harus berani juga merasakan sakitnya patah hati. Karena cinta tak selamanya akan indah, dan tak selamanya berakhir dengan bahagia. Apa yang kita harapkan tak sejalan dengan kenyataan yang ada. Ketika aku benar-benar merasakan sakit, disaat itulah aku mulai berfikir bahwa jangan berharap terlalu banyak dari orang yang tak pernah mengharapkan sesuatu yang sama seperti apa yang kita harapkan. Karena cinta tak dapat ditebak. Awalnya indah, menyenangkan, romantis, tapi belum tentu endingnya akan sama. Lalu, bagaimana cinta sejati itu? Ketika aku merasakan sakit yang begitu dalam, untuk percaya akan cinta sejatipun aku tak sanggup. Tak mampu rasanya hati ini untuk membuka lembaran baru dengan orang yang baru ku kenal. Karena rasa nyamanku yang dulu sehingga aku tak bisa membuka hati untuk orang lain. Karena inti dari rasa sakit ini adalah aku tak pernah ikhlas untuk melepaskan orang yang benar-benar aku cintai. Segampang itukah aku beralih hati dengan orang lain? Tidak mudah… Aku orang yang tak senggampang itu mampu melupakan orang yang kucinta. Sungguh sulit bagiku. Namun, bagaimana dengan perasaannya? Apakah ia merasakan hal yang sama seperti ini? Aku tak yakin. Yang ku tahu lelaki itu mudah mencintai dan mudah juga melupakan. Jadi cowok itu memang simple, dimanapun ia berada rasa sayangnya pun bisa berubah. Entahlah, aku tak tahu lagi bagaimana menjelaskan rasa kesalku terhadap lelaki yang aku cintai. Entah masih pantas kusebut orang yang kucintai atau tidak, yang penting itulah dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia Yang Ku Panggil Sayang Dengan Mesra

Dia si anak keras kepala dan si tukang ngegas . Begitulah aku menggambarkannya. Sosok laki-laki yang tak pernah terpikir olehku akan hadir mengisi sepinya hati. Tidak banyak yang istimewa tapi dengannya aku belajar tentang sabar dan mengalah. Bayangkan, aku yang tidak suka mengalah dan berjiwa bebas berakhir dewasa. Tapi dia adalah orang yang ku panggil sayang dengan penuh kehangatan. Aku selalu menunggu kabarnya, setiap hari. Aku ingin tau apa yang ia lakukan hari ini, apa yang membuatnya kesal, selalu ingin tau apa yang ia makan, dan bagaimana lelahnya ia bekerja hari itu. Terlihat membosankan, tapi bagiku penting. Ada begitu banyak hal yang harus dipikirkannya, ada segala macam kecemasan yang menghantuinya. Menjadi dia tidaklah mudah. Aku memandangi wajah laki-laki itu dengan perasaan gundah. Bertanya-tanya ada apa dengan raut wajahnya itu. Apa yang sedang ia pikirkan? Kenapa selalu terlihat cemas? Dengan raut wajah itu aku tau bahwa otaknya tidak pernah berhenti berpikir. Rasanya i...

Dulu...

Dulu, aku punya seorang Ayah yang ku panggil Papa... Terlahir sebagai anaknya, aku merasa bangga. Memiliki sosok Papa yang sangat luar biasa, aku merasa menjadi anak yang paling istimewa. "Kamu anak siapa?" "Ohh kamu anaknya si fulan, ya? Wahh saya kenal baik dengan beliau." "Pantas saja namamu tak asing. Ternyata kamu anaknya si fulan..." Selalu begitu, dimana pun, dan kapan pun. Dulu, karena beliau aku suka nonton bola. Club favoritku adalah Persija. Ya, aku pernah menjadi the jack mania . Pemain kesukaanku adalah Bambang Pamungkas. Setiap pulang sekolah aku selalu menonton pertandingan bersama Papa. Tidak banyak bicara, namun sangat manis. Aku ingat Papa pernah memergoki ku membaca sebuah buku novel. Aku dimarahi karena dianggap belum cukup umur untuk membaca novel percintaan. Tapi mama membela dan Papa tetap tidak memperbolehkan. Lucu memang, tapi sangat manis. Ada juga momen yang paling ku ingat. Ketika aku baru saja sampai dirumah dari perjalanan ja...

576 Days

Aku hanya belum terbiasa sendiri tanpamu, setelah sekian lama aku terus bersamamu membuatku tak sanggup melepaskan semuanya. Tidak, aku harus sanggup. Bagaimanapun caranya aku harus mampu. Karena semuanya sudah tak seimbang. Aku bertahan hanya karena egoku yang tetap mencintainya sedangkan ada satu pihak yang tak seperti itu. Sesungguhnya itu adalah kode dimana kita disuruh untuk pergi. Pada dasarnya semua ini masih bisa berjalan mulus, hanya saja yang dicintai tak lagi mencintai. Hehe, semua sudah menjadi cerita. Cerita yang akan menjadi kenangan, yang selalu kutanamkan dalam hati bahwa aku pernah sangat mencintaimu. Aku sadar semua tak akan bisa menjadi baik, semua akan menjadi buruk. Ketika aku tahu bahwa kau pergi jauh dan tak kembali, tentu itu sangat membuatku terluka. Tapi mau tak mau aku harus merelakannya. Tentu saja merelakan kau pergi bersama orang yang saat ini membuat kau nyaman. Mungkin nyamannya lebih baik dari nyamanku. Sehingga kau pergi dan tak lagi memandangku....