Suatu malam ada masanya kita ribut, mempermasalahkan hal
konyol. Lalu kita sama-sama egois dan tak ada yang mau mengalah. Lantas kita
harus seperti apa? Putus? Iya, lagi-lagi kata itu yang terucap. Namun, tak lama
kemudian kita kembali lagi. Aku bertahan karena cinta, namun kenapa selalu ada
kata putus disetiap bulannya? Ini sudah sangat sering, dan aku bosan! Untuk apa
kita bertahan kalau selalu ada pertikaian yang terus menerus dengan masalah
yang sama? Kadang aku berfikir untuk benar-benar melupakan dan pergi. Namun,
entah mengapa aku seperti orang bodoh yang tetap bertahan hanya karena cinta. Bagaimana
aku harus memperjuangkannya sedangkan aku lelah menghadapinya Tuhan... kadang
dia baik, terkadang juga ia begitu membuatku lelah dan benci. Hubungan ini
sungguh tak harmonis lagi semenjak kata putus terus berulang kali ku dengar. Aku
tak tahu harus bagaimana untuk menjelaskannya. Aku cinta dia, tapi ini sungguh
membuatku tak nyaman. Kenapa cinta harus menyakitkan? Jika kita saling cinta
kenapa harus ada perpisahan? Terkadang semua ini membuatku semakin dewasa dalam
menyikapi suatu hubungan. Ada masanya kita saling bahagia, merasakan indahnya
mencintai dan dicintai. Dan ada juga masanya disaat kita saling menjatuhkan dan
seperti tak mengenal cinta. Kali ini aku benar-benar gila akan cinta. Merasakan
kenikmatan jatuh cinta yang begitu dalam. Aku bermimpi terlalu jauh hingga
jatuh sampai sedalam ini. Aku menginginkannya untuk terus bersama dan tetap
saling mencintai. Namun, lagi-lagi itu hanyalah khayalan yang tak berwujud. Awalnya
saja aku mendengar kata-kata yang istimewa, yang membuatku bahagia, tersipu
malu, dan membuatku mengkhayal jauh. Sedihnya aku sebagai wanita ialah, setelah
diterbangkan jauh lalu dijatuhkan sejatuh-jatuhnya. Dan rasanya sangat
menyedihkan. Lantas adakah yang perduli? Ia berkata sayang, cinta. Namun itu
semua tak nyata. Buktinya ia tak mempertahankan hubungan ini kan? Haruskah aku
bertahan? Sampai kapan aku bertahan? Sampai saat ini aku tak mampu menghapus
semuanya begitu saja. Aku tak mampu membuang rasa cinta yang sudah lama ku
serahkan kepadanya namun dikembalikan dalam keadaan terluka. Adilkah itu?
Bagaimana dengan rasa sayang ini yang telah lama kau buat
nyaman? Bagaimana dengan hati ini yang selalu mendambakanmu? Lalu, aku harus
menghancurkan rasa yang telah lama tertanam? Tahukah kamu, rasanya itu sakit. Jangan
biarkan aku menghancurkan rasa ini. Namun, jika kamu benar-benar menginginkan
hal itu maka mau tak mau aku harus siap. Aku akan mengikhlaskan apa yang bukan
milikku lagi. Ketika aku mencintaimu, aku berada diposisi yang sangat bahagia. Seakan-akan
akulah orang yang bisa merasakan cinta. Namun keadaannya sekarang terbalik. Haruskah
aku merasakan sakit ketika melihatmu berasama orang lain? Rasa cemburu itu
pasti ada. Kamu tahu, sedikitpun kamu tak pernah perduli akan hal itu. Berulang
kali ku coba untuk melepaskan rasa ini, namun rasa itu kembali dengan
sendirinya. Padahal kau takpernah ingin tahu apa rasanya jadi aku. Jadi selama
ini apa? Semua ini untuk apa?
Tuhan, apakah perbedaan itu pengahalang untuk bisa
memiliki dan mencintai? Beda halnya dengan apa yang aku rasakan. Masalah yang
ku hadapai kali ini berdeda, bukan karena status social, agama, atau apalah. Cintaku
terhalang oleh perbedaan budaya. Kembali lagi kupertanyakan, apakah ini adil? Logikanya
adalah jika benar-benar ada rasa cinta dan sayang, tentu itu bukanlah masalah. Ini
bukan masalah perbedaan agama kan? Bukan juga masalah umur atau apalah… dimana
hati nuraninya ketika ia mengatakan dengan sejujur-jujurnya. Kata-kata itu
terlalu kejam dan tak mampu kuterima. Karena masih terlalu muda untukku dengar
hal semacam itu. Jujur, aku sungguh tak sanggup menerima kenyataan bahwa aku bukanlah
wanita yang beruntung untuk merasakan cinta yang sesungguhnya. Aku sempat
berfikir bahwa akulah wanita yang beruntung mendapatkan cinta darinya, dan bisa
merasakan indahnya jatuh cinta bersamanya. Memang indah bisa merasakan semua
itu. Namun perjalanan untuk bisa merasakannya sungguh tak singkat. Ada beberapa
musim, waktu, dan tempat. Sudah sejauh ini tapi semuanya sirna. Tak ingat lagi
kapan terakhir kalinya merasakan bahagia jatuh cinta. Tak ingat lagi kapan
terakhir kalinya tersipu malu ketika seseorang mengatakan rasa sayangnya. Ada saatnya
aku menceritakan kisahku agar kau tahu bagaimana sakitnya jadi aku. Mungkin mereka
berfikir bahwa perjalanan cintaku sangat bahagia. Jujur, memanglah bahagia. Aku
sangat bahagia. Yang membuatku tak bahagia adalah, ketika rasa nyamanku harus
tertanam dengan masalah perbedaan yang mau tak mau harus ku akhiri. Cinta yang
begitu menggebupun tak bisa menghalanginya, dengan cinta sebesar apapun tak
akan bisa meluluhkan masalah perbedaan ini. Aku tak tahu apakah masalah ini
real memang apa adanya, atau memang sengaja agar bisa melepaskan hubungan ini. Bisa
saja ia bosan lalu tak tahu harus bagaimana cara mengakhiri nya, karena pada
saat ini hubungan kami baik-baik saja. Ketika kutanyakan rasa sayang itu, ia
menjawab seakan-akan ia benar-benar mencintaiku. Aku tak tahu apakah yang
keluar dari mulutnya adalah langsung dari hati ataukah hanya agar terlihat
bahwa ia tulus. Sungguh aku tak mampu lagi membedakan bagaimana orang yang
benar-benar tulus dan orang yang sama sekali tidak tulus. Sulit bagiku
membedakan keduanya. Bagiku tulus itu ketika ia mampu mempertahankan dan menunjukan
rasa sayangnya dengan ikhlas. Begini saja, ketika Tuhan menjodohkanmu bersama
orang yang sebelumnya pernah tak kau inginkan maka bersiap-siaplah untuk
menjilat ludahmu sendiri. Karena tak selamanya apa yang kau inginkan akan dapat
kau terima. Karena pada dasarkan memiliki apa yang ada saat ini bersama orang
yang mencintai dan kita cintai itu jauh lebih indah. Karena itu lebih real… sebaiknya kita sama-sama berfikir
bagaimana rasanya dicampakkan, hati ini ditelantarkan begitu saja tanpa sebab
yang jelas.
Setiap kali kita jatuh cinta yang ada dikepala hanyalah cinta
itu akan selalu indah dan bahagia. Nyatanya saat ini kita harus berfikir bahwa
cinta itu sulit diartikan. Bagaimana akhirnya dan apa akibatnya kita jatuh
cinta. Berani jatuh cinta maka harus berani juga merasakan sakitnya patah hati.
Karena cinta tak selamanya akan indah, dan tak selamanya berakhir dengan
bahagia. Apa yang kita harapkan tak sejalan dengan kenyataan yang ada. Ketika aku
benar-benar merasakan sakit, disaat itulah aku mulai berfikir bahwa jangan
berharap terlalu banyak dari orang yang tak pernah mengharapkan sesuatu yang
sama seperti apa yang kita harapkan. Karena cinta tak dapat ditebak. Awalnya indah,
menyenangkan, romantis, tapi belum tentu endingnya akan sama. Lalu, bagaimana
cinta sejati itu? Ketika aku merasakan sakit yang begitu dalam, untuk percaya
akan cinta sejatipun aku tak sanggup. Tak mampu rasanya hati ini untuk membuka
lembaran baru dengan orang yang baru ku kenal. Karena rasa nyamanku yang dulu
sehingga aku tak bisa membuka hati untuk orang lain. Karena inti dari rasa
sakit ini adalah aku tak pernah ikhlas untuk melepaskan orang yang benar-benar
aku cintai. Segampang itukah aku beralih hati dengan orang lain? Tidak mudah…
Aku orang yang tak senggampang itu mampu melupakan orang yang kucinta. Sungguh
sulit bagiku. Namun, bagaimana dengan perasaannya? Apakah ia merasakan hal yang
sama seperti ini? Aku tak yakin. Yang ku tahu lelaki itu mudah mencintai dan
mudah juga melupakan. Jadi cowok itu memang simple,
dimanapun ia berada rasa sayangnya pun bisa berubah. Entahlah, aku tak tahu
lagi bagaimana menjelaskan rasa kesalku terhadap lelaki yang aku cintai. Entah masih
pantas kusebut orang yang kucintai atau tidak, yang penting itulah dia.
Komentar
Posting Komentar