Langsung ke konten utama

Curcol again~

Ada masanya saat kita merasakan yang namanya Jatuh Cinta. Yaa, seperti yang aku alami saat ini. Bedanya adalah, ketika kita sedang tertarik dengan seseorang tetapi terhalang oleh suatu hal dan itu adalah teman.
Disisi lain aku berfikir bahwa ini hanya sebatas mengagumi, ternyata tidak:') dan yang tadinya aku berfikir bahwa temanku juga hanya sekedar bercanda  dan ternyata juga tidak. Aku berada diposisi yang salah, seakan-akan aku menjadi penghalang bagi mereka. Lalu aku berfikir, apa sebaiknya aku mundur? Berhenti menyukai seseorang itu dan merelakan dia bersama temanku sendiri? Lagi-lagi aku hanya terdiam. Melihat dia lebih care bersama temanku itu sudah menjadi alasan untuk aku mundur, karena melihatnya saja sudah membuatku sakit.
Lalu apa yang terjadi setelah aku merelakannya? Melihat mereka bersama? Itu semakin menyakitkan... Aku hanya berharap seseorang yang dimaksud sedikit lebih peka dan berbalik arah untuk melihatku:')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia Yang Ku Panggil Sayang Dengan Mesra

Dia si anak keras kepala dan si tukang ngegas . Begitulah aku menggambarkannya. Sosok laki-laki yang tak pernah terpikir olehku akan hadir mengisi sepinya hati. Tidak banyak yang istimewa tapi dengannya aku belajar tentang sabar dan mengalah. Bayangkan, aku yang tidak suka mengalah dan berjiwa bebas berakhir dewasa. Tapi dia adalah orang yang ku panggil sayang dengan penuh kehangatan. Aku selalu menunggu kabarnya, setiap hari. Aku ingin tau apa yang ia lakukan hari ini, apa yang membuatnya kesal, selalu ingin tau apa yang ia makan, dan bagaimana lelahnya ia bekerja hari itu. Terlihat membosankan, tapi bagiku penting. Ada begitu banyak hal yang harus dipikirkannya, ada segala macam kecemasan yang menghantuinya. Menjadi dia tidaklah mudah. Aku memandangi wajah laki-laki itu dengan perasaan gundah. Bertanya-tanya ada apa dengan raut wajahnya itu. Apa yang sedang ia pikirkan? Kenapa selalu terlihat cemas? Dengan raut wajah itu aku tau bahwa otaknya tidak pernah berhenti berpikir. Rasanya i...

Dulu...

Dulu, aku punya seorang Ayah yang ku panggil Papa... Terlahir sebagai anaknya, aku merasa bangga. Memiliki sosok Papa yang sangat luar biasa, aku merasa menjadi anak yang paling istimewa. "Kamu anak siapa?" "Ohh kamu anaknya si fulan, ya? Wahh saya kenal baik dengan beliau." "Pantas saja namamu tak asing. Ternyata kamu anaknya si fulan..." Selalu begitu, dimana pun, dan kapan pun. Dulu, karena beliau aku suka nonton bola. Club favoritku adalah Persija. Ya, aku pernah menjadi the jack mania . Pemain kesukaanku adalah Bambang Pamungkas. Setiap pulang sekolah aku selalu menonton pertandingan bersama Papa. Tidak banyak bicara, namun sangat manis. Aku ingat Papa pernah memergoki ku membaca sebuah buku novel. Aku dimarahi karena dianggap belum cukup umur untuk membaca novel percintaan. Tapi mama membela dan Papa tetap tidak memperbolehkan. Lucu memang, tapi sangat manis. Ada juga momen yang paling ku ingat. Ketika aku baru saja sampai dirumah dari perjalanan ja...

576 Days

Aku hanya belum terbiasa sendiri tanpamu, setelah sekian lama aku terus bersamamu membuatku tak sanggup melepaskan semuanya. Tidak, aku harus sanggup. Bagaimanapun caranya aku harus mampu. Karena semuanya sudah tak seimbang. Aku bertahan hanya karena egoku yang tetap mencintainya sedangkan ada satu pihak yang tak seperti itu. Sesungguhnya itu adalah kode dimana kita disuruh untuk pergi. Pada dasarnya semua ini masih bisa berjalan mulus, hanya saja yang dicintai tak lagi mencintai. Hehe, semua sudah menjadi cerita. Cerita yang akan menjadi kenangan, yang selalu kutanamkan dalam hati bahwa aku pernah sangat mencintaimu. Aku sadar semua tak akan bisa menjadi baik, semua akan menjadi buruk. Ketika aku tahu bahwa kau pergi jauh dan tak kembali, tentu itu sangat membuatku terluka. Tapi mau tak mau aku harus merelakannya. Tentu saja merelakan kau pergi bersama orang yang saat ini membuat kau nyaman. Mungkin nyamannya lebih baik dari nyamanku. Sehingga kau pergi dan tak lagi memandangku....